TES INTELEGENSI MANUAL DAN ONLINE
Nama : Della Farisha K.
NPM : 11516789
Kelas : 4PA13
BAB I
PENDAHULUAN
A.
INTELEGENSI
1.
Pengertian Intelegensi
Intelegensi dalam KBBI adalah daya reaksi atau
penyesuaian yang cepat dan tepat, baik. Menurut Wechsler (dalam N, 2018), intelegensi
adalah kapasitas untuk mengerti lingkungan dan kemampuan akal budi untuk
mengatasi tantangan-tantangannya. Wechsler melanjutkan bahwa intelegensi adalah
kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan
menghadapi lingkungannya secara efektif.
Menurut American
Psychological Association intelegensi yaitu individu memiliki perbedaan
satu sama lain dalam kemampuan memahami ide-ide yang kompleks, kemampuan beradaptasi
secara efektif dengan lingkungan, melakukan penalaran dan menyelesaikan masalah.
Berdasarkan pengertian intelegensi yang telah
dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa intelegnsi adalah kemampuan
indivudu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan mampu menalar serta mengatasi
masalah-masalah yang dihadapi dengan bertindak secara terarah dan berpikir
rasional.
2.
Macam Intelegensi
a.
Intelegensi
Terikat dan Bebas
Intelegensi
terikat adalah intelegensi suatu makhluk yang bekerja dalam situasi-situasi
pada lapangan pengamatan yang berhubungan langsung dengan kebutuhan vital yang
harus segera dipuaskan. Dalam situasi yang sewajarnya boleh dikatakan tetap
keadaanya, maka dikatakan terikat. Perubahan mungkin dialami juga, kalau
perbuatannya senantiasa diulang kembali. Intelegensi bebas dimiliki oleh
manusia yang berbahasa dan berbudaya. Dengan intelegensi yang dimilikinya,
seseorang selalu ingin membuat perubahan-perubahan untuk mencapai suatu tujuan.
Kalau tujuan telah dapat dicapai, manusia ingin mencapai tujuan yang lain lebih
tinggi dan lebih maju.
b.
Intelegensi
Menciptakan (Kreatif) dan Meniru (Eksekutif)
Intelegensi
mencipta adalah kesanggupan menciptakan tujuan-tujuan baru dan mencari
alat-alat yang sesuai guna mencapai tujuan itu. Intelegensi kreatif
menghasilkan pendapat-pendapat baru seperti, kereta api, radio, listrik, kapal
terbang dan sebagainya. Intelegensi meniru adalah kemampuan untuk menggunakan
serta mengikuti pikiran atau hasil penemuan orang lain, baik yang diucapkan,
dibuat, ataupun ditulis.
B.
TES INTELEGENSI
1.
Pengertian Tes Intelegensi
Tes intelegnsi adalah tes berupa kemampuan yang
berhubungan dengan proses kognitif berpikir, daya menghubungkan, serta
kemampuan dalam menilai dan mempertimbangkan.
2.
Aspek Tes Intelegensi
Berikut di bawah
ini adalah aspek-aspek yang termasuk dalam tes intelegensi.
a.
Intelegensi Umum
Inteligensi
umum yaitu taraf kecerdasan atau kemampuan individu untuk mengatasi masalah
yang dihadapi (mempelajari dan atau memecahkan hal-hal yang baru dan kompleks).
Kemampuan ini meliputi mengolah dan menganalisis data, serta kemampuan berpikir
wajar.
b.
Daya Abstraksi
Daya
abstraksi adalah kemampuan individu dalam melihat dan menelaah suatu
permasalahan dari berbagai sudut pandang yang luas. Hal ini meliputi kemampuan
menganalisis untuk memahami adanya hubungan yang wajar pada suatu permasalahan,
dari yang konkret dan sederhana sampai persoalan-persoalan yang abstrak, rumit,
dan kompleks.
c.
Daya Tangkap
Daya
tangkap adalah kemampuan individu untuk memahami alasan-alasan yang wajar dan
untuk menangkap makna dari suatu yang nyata, sehingga individu mampu memahami,
mengantisipasi, dan memberikan tanggapan atau reaksi yang tepat terhadap
persoalan praktis sehari-hari. Kemampuan ini meliputi kampuan mengerti dan
memahami perintah dan informasi dari lingkungan tempat individu tersebut
berada.
d.
Kemampuan
Analitis dan Sintesis
Kemampuan
ini adalah kemapuan untuk mengolah atau mengurai sekaligus menarik kesimpulan
tentang permasalahan yang dihadapi. Hal ini berarti individu mampu mengenal
suatu masalah, mencari, dan menghubungkan data-data dari berbagai sumber dan
menggunakannya untuk memecahkan suatu masalah.
e.
Logika Berpikir
Logika
berpikir adalah kemampuan indivudu untuk berpikir secara teratur dan terarah
mengikuti suatu pola atau aturan tertentu.
f.
Daya Kreativitas
Daya
kreativitas adalah kemampuan individu untuk menemukan dan mengemukakan pendapat
atau ide-ide baru/orisinal dan bermanfaat bagi situasi dan kondisi yang ada.
3.
Macam Tes Intelegensi
Berikut di baha ini adalah macam-macam tes
intelegensi.
a.
Stanford-Biner Intelligence Scale
Materi
yang terdapat dalam Skala Stanford – Binet berupa sebuah kotak berisi
bermacam-macam benda mainan tertentu yang akan disajikan kepada anak-anak, dua
buah buku kecil yang memuat cetakan kartu-kartu, sebuah buku catatan untuk
mencatat jawaban dan skornya, dan sebuah manual/petunjuk pelaksanaan pemberian
tes.
Tes-tes
dalam skala ini dikelompokkan menurut berbagai level usia mulai dari Usia-II
sampai dengab Usia Dewasa-Superior. Di antara Usia-II dan Usia-V, tesnya
meningkat dengan interval setengah tahunan, sedangkan diantara Usia-V dan
Usia-XIV, level usia mengingkat dengan interval satu tahunan. Level-level
selanjutnya dimaksudkan sebagai level Dewasa-Rata-rata dan level
Dewasa-Superior I, II, dan III. Setiap level usia dalam skala ini berisi enam
tes, kecuali untuk level Dewasa-Rata-rata yang berisi delapan tes.
Dalam
masing-masing tes untuk setiap level usia terisi soal-soal dengan taraf
kesukaran yang tidak jauh berbeda. Berdasarkan perbedaan taraf kesukaran yang
kecil itulah disusun urutan soal dari yang paling mudah sampai yang paling
sukar. Skala Stanford-Binet dikenakan secara individual dan soal-soalnya
diberikan secara lisan oleh pemberi tes. Oleh karena itu, pemberian tes
haruslah orang yang mempunyai latar belakang pendidikan yang cukup di bidang
psikologi, sangat terlatih dalam penyajian tesnya, dan mengenal betul isi
berbagai tes dalam skala tersebut. Penyajian tes mengandung kerumitan yang spesifik
bagi masing-masing individu yang dites. Tidak ada individu yang dikenai semua
soal dalam tes karena setiap subjek diberi hanya soal dalam tes yang berada
dalam cakupan level usia yang sesuai dengan level intelektualnya masing-masing.
Skala ini tidak cocok untuk dikenakan pada orang dewasa sekalipun terdapat
level usia Dewasa Superior dalam tesnya, karena level tersebut merupakan level
intelektual dan dimaksudkan hanya sebagai batas-batas usia mental yang mungkin
dicapai oleh anak-anak.
Untuk
memperoleh angka IQ skor pada skala Stanford-binet diubah atau dikonversikan
dengan bantuan suatu tabel konversi. IQ yang dihasilkan oleh skala ini
merupakan IQ-deviasi yang mempunyai rata-rata sebesar 100 dan deviasi standar
sebesar 16. Versi terbaru skala Stanford-Binet diterbitkan pada tahun 1986.
Dalam revisi terakhir ini konsep inteligensi dikelompokkan menjadi emat tipe
penalaran yang masing-masing diwakili oleh beberapa tes, yaitu penalaran verbal
(kosakata, keganjilan), penalaran kuantitatif (tes kuantitatif, rangkaian
angka), penalaran visual abstrak (melipat kertas, mengkopi), memori jangka
pendek (memori kalimat, memori sajian urutan benda).
b.
The Wechlser Intelligence Scale for Children –
Revised (WISC – R)
Revisi
skala WISC yang dinamai WISC-R diterbitkan tahun 1974 dan dimaksudkan untuk
mengukur inteligensi anak-anak usia enam sampai dengan 16 tahun. WISC-R terdiri
atas 12 subtes yang dua diantaranya digunakan hanya sebagai persediaan apabila
diperlukan penggantian subtes. Duabelas subtes tersebut dikelompokkan menjadi
dua golongan, yaitu skala Verbal (verbal) yang terdiri dari information (informasi), comprehension (pemahaman), arithmetic (hitungan), similiarites (kesamaan), vocabulary (kosakata), dan digit span (rentang angka). Golongan
kedua adalah skala performance
(performansi) yang terdiri dari picture
completion (kelengkapan gambar), picture
arrangement (susunan gambar), block
design (rancangan balok), object
assembly (perakitan objek), coding
(sandi), mazes (taman sesat).
Subtes
Rentang Angka merupaka subtes pelengkap yang hanya dipergunakan apabila salah
satu diantara subtes verbal lainnya, karena sesuatu hal semisal kekeliruan
pemakaian, tidak dapat digunakan. Subtes Taman sesat dapat pula digunakan
sebagai pengganti subtes Sandi atau dapat pula digunakan sebagai pengganti
subtes performasi manapun yang tidak dapt dipakai. Dengan demikian, skor subjek
tetap didasarkan atas lima subtes dari skala Verbal dan lima subtes dari skala
Performasi.
Pemberian
skor pada subtes WISC-R didasarkan atas kebenaran jawaban dan waktu yang
diperlukan oleh subjek dalam memberikan jawaban yang benar tersebut. Melalui
prosedur pemberian skor yang telah ditentukan, setiap subjek akan memperoleh
skor pada masing-masing subtes. Skor tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam
bentuk angka standar melalui tabel norma sehingga akhirnya diperoleh suatu
angka IQ –deviasi untuk skala verbal, satu angka IQ-deviasi untuk skala verbal
dan satu angka IQ-deviasi untuk skala performansi, dan satu angka IQ-deviasi
untuk keseluruhan skala.
c.
The Wechlser Adult Intelligence Scale – Revised
(WAIS-R)
Skala
Weschler pertama kali diterbitkan pada tahun 1939 dengan nama Weschler-Bellevue
(W-B). Sasaran utama test ini adalah untuk menyediakan test intelegensi bagi
orang dewasa. Test ini dirancang untuk anak-anak sekolah dan diadaptasikan
untuk orang dewasa dengan menambahkan beberapa soal yang lebih sulit. Penekanan
berlebihan pada kecepatan yang tidak menguntungkan bagi orang dewasa,
manipulasi yang relatif rutin atas kata-kata, dan tidak dapat diterapkannya
norma umur pada orang-orang dewasa membuat test W-B dikembangkan. Dalam bentuk
dan isi, skala ini menetapkan pola dasar untuk semua skala Weschler, yang
masing-masing akan menambah penyempurnaan. W-B itu sendiri ditambahkan paada
tahun 1955 oleh WAIS, yang memperbaiki sejumlah kekurangan teknis skala
terdahulu dalam kaitan dengan ukuran representativitas sampel normatif dan
reliabilitas subtes-subtes.
WAIS
telah mengalami revisi, dan diberi nama Weschler Adult Scale-Revised (WAIS-R)
yang mencakup jangkauan umur 16 sampai 74 tahun. Sebagaimana versi WAIS
sebelumnya, WAIS-R terdiri dari skala Verbal dan skala Performansi. Kedua skala
tersebtu masing-masing menghasilkan IQ-verbal dan IQ-performansi, sedangkan
kombinasi keduanya menjadi dasar untuk perhitungan IQ deviasi sebagai IQ
keseluruhan. Masing-masing test memiliki minimal lima subtes dan maksimal tujuh
subtes. Secara lebih terperinci, isi masing-masing subtes dalam skala Verbal,
yaitu subtes Informasi, berisi 29 pertanyaan mengenai pengetahuan umum yang
dianggap dapat diperoleh oleh setiap orang dimana ia berada.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut disusun menurut taraf kesukaran yang semakin
meningkat. Sedapat mungkin jenis pertanyaan yang diajukan tidak berkaitan
dengan pengetahuan khusus yang dipelajari di sekolah. Subtes Rentang Angka
berupa rangkaian angka-angka yang terdiri atas tiga sampai sembilan angka yang
disebutkan secara lisan dan kemudian subjek diminta mengulanlg menyebutkannya
dalam urutan yang benar. Pada bagian kedua subtes ini pemberi tes menyebutkan
rangkaian angka yang lain dan subjek diminta mengulang menyebutkannya dalam
urutan yang terbalik.
Subtes
Kosa Kata berisi 40 kata yang disajikan dari yang paling mudah didefinisikan
sampai kepada yang paling sulit. Pemberi tes menyebutkan secara lisan kata yang
disajikan pada kartu kecil dan subjek diminta memberikan artinya. Subtes
Hitungan berupa problem hitungan yang setaraf dengan soal hitungan di sekolah
dasar , karena itu sedikit sekali memerlukan kecakapan menghitung yang rumit.
Empatbelas soal hitungan diberikan secara lisan dan harus dijawab oleh subjek
secara lisan pula.
Isi
subtes Pemahaman dirancang untuk mengungkap pemahaman umum. Subtes ini terdiri
atas 14 soal yang menghendaki subjek untuk menjelaskan apa yang harus dilakukan
pada situasi tertentu, mengapa aturan tertentu harus diikuti, apa arti
peribahasa tertentu, dan sebagainya.
Subtes Kesamaan
berisi 13 soal yang menghendaki subjek untuk menyatakan pada hal apakah dua
benda memiliki kesamaan.
Sedangkan
untuk skala Performansi, subtes Kelengkapan Gambar berupa 21 kartu yang
masing-masing berisi gambar. Pada setiap gambar terdapat bagian penting yang
sengaja dihilangkan. Subjek diminta untuk menyebutkan bagian yang hilang
tersebut. Subtes Susunan Gambar berupa delapan seri cerita gambar yang
masing-masing terdiri atas beberapa kartu yang disajikan dalam urutan tidak
teratur. Subjek diminta mengatur kartu-kartu tersebut kedalam urutan yang benar
sehingga menunjukkan jalan cerita yang logis. Subtes Rancangan Balok terdiri
atas suatu pola yang masing-masing tersusun atas pola merah-putih. Setiap macam
pola diberikan di atas kartu sebagai soal. Untuk setiap macam pola, subjek
diminta menirunya dengan menggunakan beberapa buah balok kecil berukuran
2,5×2,5 cm yang sisi-sisinya dicat merah, putih, dan merah putih.
Subtes
Perakitan Objek terdiri dari potongan-potongan atau bagian-bagian lengkap
bentuk benda yang dikenal sehari-hari yang disajikan dalam susunan tertentu.
Subjek diminta menyusun potongan-potongan bentuk tersebut sehingga membentuk
gambar yang benar dari benda yang dimaksudkan. Empat macam bentuk benda
disajikan dalam urutan kesukaran yang semakin meningkat. Subtes Simbol Angka
berupa sembilan angka yang masing-masing mempunyai simbolnya sendiri-sendiri.
Sebjek diminta menulis simbol untuk masing-masing angka dibawah deretan angka
yang tersedia sebanyak yang dapat ia lakukan dalam waktu 90 detik.
Soal-soal
dalam setiap subtes dirancang sesuai dengan tujuan penggunaan skala ini, yaitu
sebagia ukuran inteligensi orang dewasa yang dimaksudkan untuk digunakan pada
subjek yang berusia antara 16 sampai dengan 64 tahun. Dalam memberikan skor
untuk subtes Hitungan, Simbol Perakitan Angka, Rancangan Balok, Susunan Gambar,
dan Perakitan Objek, kebenaran jawaban dan kecepatan menjawab sangat
diperhitungkan. Jawaban yang benar akan tetapi diberikan setelah batas waktu
yang dibolehkan tidak akan mendapat skor. Semakin cepat penyelesaian diberikan,
skornya akan semakin tinggi. Sebagaimana WISC-R, skala WAIS-R menghasilkan tiga
macam IQ-deviasi yang diperoleh melalui suatu konversi skor dengan menggunakan
tabel norma penilaian/ pada skala ini. IQ-deviasi terdistribusi dengan nilai
rata-rata sebesar 100 dan deviasi standar sebesar 15. Sejak publikasi W-B,
sejumlah besar skala yang diperpendek atau bentuk yang pendek telah diusulkan
untuk skala-skala Weschler. Sasaran dari skala-skala yang dipersingkat adalah
untuk mengurangi cukup banyak waktu penyelengaraan sambil mendapatkan IQ skala
penuh yang diperkirakan dapat dievaluasi dalam kaitannya dengan norma-norma
yang diterbitkan. Sampel-sampel standarisasi skala Weschler paling akhir
dipilih dengan sangat hati-hati untuk menjamin representativitasnya.
Sampel-sampel normatif mencakup kurang lebih 2000 kasus untuk tiap skala,
dengan jumlah pria dan wanita sama yang didistribusikan pada kelompok-kelompol
umur yang sesuai untuk masing-masing. Skor-skor mentah pada masing-masing skala
Weschler ditransformasikan ke dalam skor-skor standar dengan rata-rata 10 dan
standar deviasi tiga. Skala-skala Weschler memberikan koefisien reliabilitas
belah separuh untuk tiap kelompok umur pada tiap skor subtes. Reliabilitas
belah separuh IQ skala penuh merentang dari 0,90 sampai 0,98. Data rentang
reliabilitas (atau stabilitas) retest skor-skor skala Weschler telah diperoleh
lebih mendalam tiap revisi. Koefisien stabilitas cenderung menjadi lebih tinggi
untuk orang-orang dewasa daripada anak-anak.
Ketika
WAIS-R diterbitkan pada tahun 1981, pegangan itu sendiri tidak memiliki data
validitas tentang instrumen selain sepasang telaah korelasional antara telaah
itu dengan skal-skala Weschler terdahulu. Penanganan Weschler pada dasarnya
mencerminkan orientasi deskripsi-isi, meskipun penganan itu memiliki nada
tambahan dari pendekatan deskripsi-isi, dengan sedikit data pendukung.
d.
The Standard Progresive Matrices
SPM
merupakan salah satu contoh bentuk skala inteligensi yang dapat diberikan
secara individual maupun secara kelompok. Skala ini dirancang oleh J. C. Raven
dan diterbitkan terakhir kali oleh H. K. Lewis & Co. Ltd. London pada tahun
1960. SPM merupakan tes yang bersifat nonverbal, artinya materi soal-soalnya
diberikan tidak dalam bentuk tulisan ataupun bacaan melainkan dalam bentuk
gambar-gambar. Karena instruksi pengerjaannya diberikan secara lisan maka skala
ini dapat digunakan untuk subjek yang buta huruf. Diciptakan pertama kali di
tahun 1936, diterbitkan pertama kali di tahun 1938, SPM telah mengalami
berbagai revisi sampai revisi terakhir yang dijumpai di Indonesia yaitu revisi
tahun 1960.
Penyusunan
SPM didasari oleh konsep inteligensi Spearman, yaitu konsepsinya mengenai
eduksi hubungan dan eduksi korelasi. Raven sendiri menyebut skala ini sebagai
tes kejelasan pengamatan dan kejelasan berfikir, bukan tes inteligensi. Tes SPM
terdiri atas 60 buah soal yang berupa gambar-gambar. Setiap soal berupa sebuah
gambar besar yang berlubang dan di bawah gambar besar tersebut terdapat enam
atau delapan buah gambar kecil sebagai pilihan jawaban. Subjek diminta memilih
salah satu gambar kecil yang dapat dipakai untuk menutup lubang pada gambar
besar sehingga terbentuk pola yang benar berdasarkan penalaran tertentu.
Keenampuluh soal terbagi dalam lima seri yang masing-masing berisi 12 soal yang
disajikan dalam sebuah buku. Seri pertama, yaitu Seri A, merupakan seri yang
paling mudah dicari dasar penalarannya. Selanjutnya taraf kesurakaran soal akan
semakin meningkat dan masing-masing seri menuntut pengerahan kapasitas
intelektual yang lebih, agar dapat menemukan dasar penalaran yang berlaku bagi
setiap seri soal. Setiap subjek diberi soal yang sama dan menuliskan jawabannya
pada suatu lembar jawaban khusus yang disediakan. Subjek harus bekerja dengan
cepat dan teliti sejak awal hingga akhir tes. Bagi setiap jawaban yang benar,
subjek mendapat skor satu. Skor total pada skala ini adalah banyaknya soal yang
dapat dijawab dengan benar oleh subjek yang kemudian akan diintepretasikan
secara normatif menurut sebuah tabel norma penilaian. Dari lima seri yang
masing-masing terdiri atas 12 buah soal, keseluruhan tes memuat 60 soal, akan
tetapi skor maksimal yang dapat diperoleh oleh subjek adalah 58 dikarenakan dua
soal pertama pada Seri A merupakan soal contoh yang tidak diberi skor. SPM
tidak memberikan suatu angka IQ akan tetapi menyatakan hasilnya dalam tingkat
atau level intelektualitas dalam beberapa ketegori, menurut besarnya skor dan
usia subjek yang dites, yaitu grade I (kapasitas intelektual superior), grade
II (kapasitas intelektual di atas rata-rata), grade III (kapasitas intelektual
rata-rata), grade IV (kapasitas intelektual di bawah rata-rata), grade V
(kapasitas intelektual terhambat).
Selain
SPM, terdapat satu versi progressive
matrices yang disajikan dalam gambar berwarna dan diberi nama The Coloured Progressive Matrices (CPM).
Soal-soal dalam skala CPM diberikan dalam bentuk gambar berwanra karena memang
diperuntukkan bagi subjek yang berusia sangat muda atau justru yang sudah
berusia tua. Raven sendiri mengatakan bahwa CPM cocok untuk tujuan studi antropologis
atau studi klinis serta cocok bagi subjek yang mempunyai cacat jasmani, atau
yang kapasitas intelektualnya di bawah normal. Bagi mereka yang memiliki
kapasitas intelektual di atas rata-rata disediakan versi lain, yaitu The Advanced Progressive Matrices (APM)
yang dibuat dalam dua seri, yaitu Seri I dan Seri II.
e.
The Kaufman Assessment Battery for Children (K-ABC)
Tes
inteligensi K-ABC merupakan baterai (rangkaian) tes yang relatif baru yang
diperuntukkan bagi anak-anak usia 2,5 sampai 12,5 tahun (Kaufman, kamphaus,
& Kaurman, 1985, dalam Azwar 1996). Tes ini diciptakan oleh Alan S. Kaufman
dan Nadeen L. Kaufman dari the University of Alabama.
Skala-skala
inteligensi dalam baterai ini adalah Sequal
Processing Scale dan Simulation
Processing Scale. Sequal Processing
Scale yaitu skala yang mengungkap abilitas atau kemampuan untuk memecahkan
permasalahan secara bertahap dengan penekanan pada hubungan serial atau
hubungan temporal diantara stimulus. Stimulus ini, baik verbal maupun visual
harus ditangni secara berurutan agar tercapai performansi yang optimal. Dalam
K-ABC kemampuan ini diungkap antara lain oleh subtes Word Order dimana subjek harus menunjuk pada bayangan gambar dalam
urutan sama dengan urutan nama yang disebut oleh penguji. Simulation Processing Scale yaitu skala yang bertujuan mengungkap
kemampuan anak dalam memecahkan permasalahan dengan cara mengorganisasikan dan
memadukan banyak stimuli sekaligus dalam waktu yang sama. Permasalahan yang
diajukan sering kali bersifat analogi atau mengandung aspek spasial. Baik
berwujud perseptual maupun berujud konseptual, stimulusnya menghendaki
pengerahan daya sintesis simultan agar tercapai penyelesaian yang benar. Dalam
K-ABC, stimulus bentuk ini mencakup tugas pengenalan bercak tinta yang
disajikan separuh selesai (Gestalt
Completion) dan analogi visual yang umumnya abstrak (Matrix Analogies). Baterai dalam skala ini juga menyajikan
kombinasi Sequantial dan Simultaneous Processing yang
masing-masing disebut Mental Processing
Composite Scale, Achievement Scale,
dan non-Verbal Scale. Skor pada
kesemua skala dalam K-ABC dibuat memiliki mean 100 dan unit deviasi standar sebesar
15 agar dapat dibandingkan langsung satu sama lain dan dengan ukuran
inteligensi lain. Skala nonverbal dalam K-ABC merupakan bentuk pendek dari Mental Processing Scale yang dikhususkan
bagi anak usia empat sampai 13,5 tahun dan mencakup pula subtes yang dapat
disajikan secara pantomim serta direspon secara motorik.
BAB II
ANALISIS
PERBEDAAN
TES IQ MANUAL
DENGAN TES IQ ONLINE
Saya membandingkan tes intelegensi CPM dengan tes IQ
online yang terdapat pada web-site https://www.quickiqtest.net/indonesian/thirdqid.php.
Jika keduanya dibandingkan, tes IQ online
pada hasil hanya terdapat nilai skor dan kategori nilai skor. Hal ini tentu
berbeda dengan tes intelegensi manual yang terdapat interpretasi dari psikolog.
Tes intelegensi online ini
dapat dikerjakan berulangkali sehingga berpotensi untuk melakukan kecurangan
bagi pemakai/testee yang tidak
bertanggung jawab. Untuk tes intelegensi online
tidak ada penjelasan mengenai intruksi apa yang harus dikerjakan dan bagaimana
cara mengerjakannya, bahkan tidak terhitung waktunya. Berbeda sekali dengan tes
integensi secara manual, tester akan
memberitahu intruksi apa yang harus dilakukan dalam test tersebut secara jelas
apabila testee (yang mengerjakan) tidak memahami maksud dari intruksi tersebut
dapat diulang dan dijelaskan kembali oleh terster
sehingga memudahkan testee untuk
mengerti maksud dari test yang ia kerjakan, selain itu dalam beberapa test IQ
seperti test CPM memakai waktu yang harus diselesaikan oleh testee sesuai dengan standar test yang
sudah berlaku. Pengaruh koneksi internet yang tidak bagus juga dapat memperlama
pengerjaan tes intelegensi online,
sehingga testee dapat tidak fokus
dalam mengerjakan.
Tetapi tes intelegensi online ini memiliki kelebihan salah satunya adalah alat test
tersebut berwarna sehingga membuat testee lebih tertarik untuk mengerjalan test
dibandingkan tes manual yang hanya hitam dan putih (hanya untuk beberapa test
yang pernah saya pelajari). Untuk masalah validitas dan reliabilitas lebih
valid dan reliable untuk test IQ secara manual, karena diberikan dan diawasi
oleh psikolog serta hasil dapat dipertanggung jawabkan, sedangkan test IQ
secara online hasilnya tidak valid dan reliabel karena ada beberapa test IQ
online yang tidak mengikuti standar pengetesan yang baik.
Sumber referensi
W, H. S. T. (2012). Macam-macam tes intelegensi. Diakses pada 17 Oktober 2019 pada https://herrystw.wordpress.com/2012/03/02/macam-macam-tes-inteligensi/.
N. (2018). Pengertian
intelegensi lengkap ciri, macam, faktor. Diakses pada 17 Oktober 2019 pada http://www.markijar.com/2018/12/pengertian-intelegensi-lengkap-ciri.html.
NN. (2016). Pengertian
tes intelegensi. Diakses pada 17 Oktober 2019 pada https://www.kanalinfo.web.id/pengertian-tes-intelegensi.
https://www.quickiqtest.net/indonesian/thirdqid.php.http://snelaisnaenh.blogspot.com/2017/01/analisis-perbedaan-tes-iq-manual-dan_9.html
Komentar
Posting Komentar