TES INTELEGENSI MANUAL DAN ONLINE


Nama   : Della Farisha K.
NPM    : 11516789
Kelas    : 4PA13




BAB I
PENDAHULUAN

A.      INTELEGENSI
1.        Pengertian Intelegensi
Intelegensi dalam KBBI adalah daya reaksi atau penyesuaian yang cepat dan tepat, baik. Menurut Wechsler (dalam N, 2018), intelegensi adalah kapasitas untuk mengerti lingkungan dan kemampuan akal budi untuk mengatasi tantangan-tantangannya. Wechsler melanjutkan bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif.
Menurut American Psychological Association intelegensi yaitu individu memiliki perbedaan satu sama lain dalam kemampuan memahami ide-ide yang kompleks, kemampuan beradaptasi secara efektif dengan lingkungan, melakukan penalaran dan menyelesaikan masalah.
Berdasarkan pengertian intelegensi yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa intelegnsi adalah kemampuan indivudu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan mampu menalar serta mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dengan bertindak secara terarah dan berpikir rasional.

2.        Macam Intelegensi
a.         Intelegensi Terikat dan Bebas
Intelegensi terikat adalah intelegensi suatu makhluk yang bekerja dalam situasi-situasi pada lapangan pengamatan yang berhubungan langsung dengan kebutuhan vital yang harus segera dipuaskan. Dalam situasi yang sewajarnya boleh dikatakan tetap keadaanya, maka dikatakan terikat. Perubahan mungkin dialami juga, kalau perbuatannya senantiasa diulang kembali. Intelegensi bebas dimiliki oleh manusia yang berbahasa dan berbudaya. Dengan intelegensi yang dimilikinya, seseorang selalu ingin membuat perubahan-perubahan untuk mencapai suatu tujuan. Kalau tujuan telah dapat dicapai, manusia ingin mencapai tujuan yang lain lebih tinggi dan lebih maju.
b.         Intelegensi Menciptakan (Kreatif) dan Meniru (Eksekutif)
Intelegensi mencipta adalah kesanggupan menciptakan tujuan-tujuan baru dan mencari alat-alat yang sesuai guna mencapai tujuan itu. Intelegensi kreatif menghasilkan pendapat-pendapat baru seperti, kereta api, radio, listrik, kapal terbang dan sebagainya. Intelegensi meniru adalah kemampuan untuk menggunakan serta mengikuti pikiran atau hasil penemuan orang lain, baik yang diucapkan, dibuat, ataupun ditulis.


B.     TES INTELEGENSI
1.        Pengertian Tes Intelegensi
Tes intelegnsi adalah tes berupa kemampuan yang berhubungan dengan proses kognitif berpikir, daya menghubungkan, serta kemampuan dalam menilai dan mempertimbangkan.
2.        Aspek Tes Intelegensi
Berikut di bawah ini adalah aspek-aspek yang termasuk dalam tes intelegensi.
a.         Intelegensi Umum
Inteligensi umum yaitu taraf kecerdasan atau kemampuan individu untuk mengatasi masalah yang dihadapi (mempelajari dan atau memecahkan hal-hal yang baru dan kompleks). Kemampuan ini meliputi mengolah dan menganalisis data, serta kemampuan berpikir wajar.
b.         Daya Abstraksi
Daya abstraksi adalah kemampuan individu dalam melihat dan menelaah suatu permasalahan dari berbagai sudut pandang yang luas. Hal ini meliputi kemampuan menganalisis untuk memahami adanya hubungan yang wajar pada suatu permasalahan, dari yang konkret dan sederhana sampai persoalan-persoalan yang abstrak, rumit, dan kompleks.
c.         Daya Tangkap
Daya tangkap adalah kemampuan individu untuk memahami alasan-alasan yang wajar dan untuk menangkap makna dari suatu yang nyata, sehingga individu mampu memahami, mengantisipasi, dan memberikan tanggapan atau reaksi yang tepat terhadap persoalan praktis sehari-hari. Kemampuan ini meliputi kampuan mengerti dan memahami perintah dan informasi dari lingkungan tempat individu tersebut berada.
d.        Kemampuan Analitis dan Sintesis
Kemampuan ini adalah kemapuan untuk mengolah atau mengurai sekaligus menarik kesimpulan tentang permasalahan yang dihadapi. Hal ini berarti individu mampu mengenal suatu masalah, mencari, dan menghubungkan data-data dari berbagai sumber dan menggunakannya untuk memecahkan suatu masalah.
e.         Logika Berpikir
Logika berpikir adalah kemampuan indivudu untuk berpikir secara teratur dan terarah mengikuti suatu pola atau aturan tertentu.
f.          Daya Kreativitas
Daya kreativitas adalah kemampuan individu untuk menemukan dan mengemukakan pendapat atau ide-ide baru/orisinal dan bermanfaat bagi situasi dan kondisi yang ada.
3.        Macam Tes Intelegensi
Berikut di baha ini adalah macam-macam tes intelegensi.
a.         Stanford-Biner Intelligence Scale
Materi yang terdapat dalam Skala Stanford – Binet berupa sebuah kotak berisi bermacam-macam benda mainan tertentu yang akan disajikan kepada anak-anak, dua buah buku kecil yang memuat cetakan kartu-kartu, sebuah buku catatan untuk mencatat jawaban dan skornya, dan sebuah manual/petunjuk pelaksanaan pemberian tes.
Tes-tes dalam skala ini dikelompokkan menurut berbagai level usia mulai dari Usia-II sampai dengab Usia Dewasa-Superior. Di antara Usia-II dan Usia-V, tesnya meningkat dengan interval setengah tahunan, sedangkan diantara Usia-V dan Usia-XIV, level usia mengingkat dengan interval satu tahunan. Level-level selanjutnya dimaksudkan sebagai level Dewasa-Rata-rata dan level Dewasa-Superior I, II, dan III. Setiap level usia dalam skala ini berisi enam tes, kecuali untuk level Dewasa-Rata-rata yang berisi delapan tes.
Dalam masing-masing tes untuk setiap level usia terisi soal-soal dengan taraf kesukaran yang tidak jauh berbeda. Berdasarkan perbedaan taraf kesukaran yang kecil itulah disusun urutan soal dari yang paling mudah sampai yang paling sukar. Skala Stanford-Binet dikenakan secara individual dan soal-soalnya diberikan secara lisan oleh pemberi tes. Oleh karena itu, pemberian tes haruslah orang yang mempunyai latar belakang pendidikan yang cukup di bidang psikologi, sangat terlatih dalam penyajian tesnya, dan mengenal betul isi berbagai tes dalam skala tersebut. Penyajian tes mengandung kerumitan yang spesifik bagi masing-masing individu yang dites. Tidak ada individu yang dikenai semua soal dalam tes karena setiap subjek diberi hanya soal dalam tes yang berada dalam cakupan level usia yang sesuai dengan level intelektualnya masing-masing. Skala ini tidak cocok untuk dikenakan pada orang dewasa sekalipun terdapat level usia Dewasa Superior dalam tesnya, karena level tersebut merupakan level intelektual dan dimaksudkan hanya sebagai batas-batas usia mental yang mungkin dicapai oleh anak-anak.
Untuk memperoleh angka IQ skor pada skala Stanford-binet diubah atau dikonversikan dengan bantuan suatu tabel konversi. IQ yang dihasilkan oleh skala ini merupakan IQ-deviasi yang mempunyai rata-rata sebesar 100 dan deviasi standar sebesar 16. Versi terbaru skala Stanford-Binet diterbitkan pada tahun 1986. Dalam revisi terakhir ini konsep inteligensi dikelompokkan menjadi emat tipe penalaran yang masing-masing diwakili oleh beberapa tes, yaitu penalaran verbal (kosakata, keganjilan), penalaran kuantitatif (tes kuantitatif, rangkaian angka), penalaran visual abstrak (melipat kertas, mengkopi), memori jangka pendek (memori kalimat, memori sajian urutan benda).
b.         The Wechlser Intelligence Scale for Children – Revised (WISC – R)
Revisi skala WISC yang dinamai WISC-R diterbitkan tahun 1974 dan dimaksudkan untuk mengukur inteligensi anak-anak usia enam sampai dengan 16 tahun. WISC-R terdiri atas 12 subtes yang dua diantaranya digunakan hanya sebagai persediaan apabila diperlukan penggantian subtes. Duabelas subtes tersebut dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu skala Verbal (verbal) yang terdiri dari information (informasi), comprehension (pemahaman), arithmetic (hitungan), similiarites (kesamaan), vocabulary (kosakata), dan digit span (rentang angka). Golongan kedua adalah skala performance (performansi) yang terdiri dari picture completion (kelengkapan gambar), picture arrangement (susunan gambar), block design (rancangan balok), object assembly (perakitan objek), coding (sandi), mazes (taman sesat).
Subtes Rentang Angka merupaka subtes pelengkap yang hanya dipergunakan apabila salah satu diantara subtes verbal lainnya, karena sesuatu hal semisal kekeliruan pemakaian, tidak dapat digunakan. Subtes Taman sesat dapat pula digunakan sebagai pengganti subtes Sandi atau dapat pula digunakan sebagai pengganti subtes performasi manapun yang tidak dapt dipakai. Dengan demikian, skor subjek tetap didasarkan atas lima subtes dari skala Verbal dan lima subtes dari skala Performasi.
Pemberian skor pada subtes WISC-R didasarkan atas kebenaran jawaban dan waktu yang diperlukan oleh subjek dalam memberikan jawaban yang benar tersebut. Melalui prosedur pemberian skor yang telah ditentukan, setiap subjek akan memperoleh skor pada masing-masing subtes. Skor tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk angka standar melalui tabel norma sehingga akhirnya diperoleh suatu angka IQ –deviasi untuk skala verbal, satu angka IQ-deviasi untuk skala verbal dan satu angka IQ-deviasi untuk skala performansi, dan satu angka IQ-deviasi untuk keseluruhan skala.


c.         The Wechlser Adult Intelligence Scale – Revised (WAIS-R)
Skala Weschler pertama kali diterbitkan pada tahun 1939 dengan nama Weschler-Bellevue (W-B). Sasaran utama test ini adalah untuk menyediakan test intelegensi bagi orang dewasa. Test ini dirancang untuk anak-anak sekolah dan diadaptasikan untuk orang dewasa dengan menambahkan beberapa soal yang lebih sulit. Penekanan berlebihan pada kecepatan yang tidak menguntungkan bagi orang dewasa, manipulasi yang relatif rutin atas kata-kata, dan tidak dapat diterapkannya norma umur pada orang-orang dewasa membuat test W-B dikembangkan. Dalam bentuk dan isi, skala ini menetapkan pola dasar untuk semua skala Weschler, yang masing-masing akan menambah penyempurnaan. W-B itu sendiri ditambahkan paada tahun 1955 oleh WAIS, yang memperbaiki sejumlah kekurangan teknis skala terdahulu dalam kaitan dengan ukuran representativitas sampel normatif dan reliabilitas subtes-subtes.
WAIS telah mengalami revisi, dan diberi nama Weschler Adult Scale-Revised (WAIS-R) yang mencakup jangkauan umur 16 sampai 74 tahun. Sebagaimana versi WAIS sebelumnya, WAIS-R terdiri dari skala Verbal dan skala Performansi. Kedua skala tersebtu masing-masing menghasilkan IQ-verbal dan IQ-performansi, sedangkan kombinasi keduanya menjadi dasar untuk perhitungan IQ deviasi sebagai IQ keseluruhan. Masing-masing test memiliki minimal lima subtes dan maksimal tujuh subtes. Secara lebih terperinci, isi masing-masing subtes dalam skala Verbal, yaitu subtes Informasi, berisi 29 pertanyaan mengenai pengetahuan umum yang dianggap dapat diperoleh oleh setiap orang dimana ia berada. Pertanyaan-pertanyaan tersebut disusun menurut taraf kesukaran yang semakin meningkat. Sedapat mungkin jenis pertanyaan yang diajukan tidak berkaitan dengan pengetahuan khusus yang dipelajari di sekolah. Subtes Rentang Angka berupa rangkaian angka-angka yang terdiri atas tiga sampai sembilan angka yang disebutkan secara lisan dan kemudian subjek diminta mengulanlg menyebutkannya dalam urutan yang benar. Pada bagian kedua subtes ini pemberi tes menyebutkan rangkaian angka yang lain dan subjek diminta mengulang menyebutkannya dalam urutan yang terbalik.
Subtes Kosa Kata berisi 40 kata yang disajikan dari yang paling mudah didefinisikan sampai kepada yang paling sulit. Pemberi tes menyebutkan secara lisan kata yang disajikan pada kartu kecil dan subjek diminta memberikan artinya. Subtes Hitungan berupa problem hitungan yang setaraf dengan soal hitungan di sekolah dasar , karena itu sedikit sekali memerlukan kecakapan menghitung yang rumit. Empatbelas soal hitungan diberikan secara lisan dan harus dijawab oleh subjek secara lisan pula.
Isi subtes Pemahaman dirancang untuk mengungkap pemahaman umum. Subtes ini terdiri atas 14 soal yang menghendaki subjek untuk menjelaskan apa yang harus dilakukan pada situasi tertentu, mengapa aturan tertentu harus diikuti, apa arti peribahasa tertentu, dan sebagainya.
Subtes Kesamaan berisi 13 soal yang menghendaki subjek untuk menyatakan pada hal apakah dua benda memiliki kesamaan.
Sedangkan untuk skala Performansi, subtes Kelengkapan Gambar berupa 21 kartu yang masing-masing berisi gambar. Pada setiap gambar terdapat bagian penting yang sengaja dihilangkan. Subjek diminta untuk menyebutkan bagian yang hilang tersebut. Subtes Susunan Gambar berupa delapan seri cerita gambar yang masing-masing terdiri atas beberapa kartu yang disajikan dalam urutan tidak teratur. Subjek diminta mengatur kartu-kartu tersebut kedalam urutan yang benar sehingga menunjukkan jalan cerita yang logis. Subtes Rancangan Balok terdiri atas suatu pola yang masing-masing tersusun atas pola merah-putih. Setiap macam pola diberikan di atas kartu sebagai soal. Untuk setiap macam pola, subjek diminta menirunya dengan menggunakan beberapa buah balok kecil berukuran 2,5×2,5 cm yang sisi-sisinya dicat merah, putih, dan merah putih.
Subtes Perakitan Objek terdiri dari potongan-potongan atau bagian-bagian lengkap bentuk benda yang dikenal sehari-hari yang disajikan dalam susunan tertentu. Subjek diminta menyusun potongan-potongan bentuk tersebut sehingga membentuk gambar yang benar dari benda yang dimaksudkan. Empat macam bentuk benda disajikan dalam urutan kesukaran yang semakin meningkat. Subtes Simbol Angka berupa sembilan angka yang masing-masing mempunyai simbolnya sendiri-sendiri. Sebjek diminta menulis simbol untuk masing-masing angka dibawah deretan angka yang tersedia sebanyak yang dapat ia lakukan dalam waktu 90 detik.
Soal-soal dalam setiap subtes dirancang sesuai dengan tujuan penggunaan skala ini, yaitu sebagia ukuran inteligensi orang dewasa yang dimaksudkan untuk digunakan pada subjek yang berusia antara 16 sampai dengan 64 tahun. Dalam memberikan skor untuk subtes Hitungan, Simbol Perakitan Angka, Rancangan Balok, Susunan Gambar, dan Perakitan Objek, kebenaran jawaban dan kecepatan menjawab sangat diperhitungkan. Jawaban yang benar akan tetapi diberikan setelah batas waktu yang dibolehkan tidak akan mendapat skor. Semakin cepat penyelesaian diberikan, skornya akan semakin tinggi. Sebagaimana WISC-R, skala WAIS-R menghasilkan tiga macam IQ-deviasi yang diperoleh melalui suatu konversi skor dengan menggunakan tabel norma penilaian/ pada skala ini. IQ-deviasi terdistribusi dengan nilai rata-rata sebesar 100 dan deviasi standar sebesar 15. Sejak publikasi W-B, sejumlah besar skala yang diperpendek atau bentuk yang pendek telah diusulkan untuk skala-skala Weschler. Sasaran dari skala-skala yang dipersingkat adalah untuk mengurangi cukup banyak waktu penyelengaraan sambil mendapatkan IQ skala penuh yang diperkirakan dapat dievaluasi dalam kaitannya dengan norma-norma yang diterbitkan. Sampel-sampel standarisasi skala Weschler paling akhir dipilih dengan sangat hati-hati untuk menjamin representativitasnya. Sampel-sampel normatif mencakup kurang lebih 2000 kasus untuk tiap skala, dengan jumlah pria dan wanita sama yang didistribusikan pada kelompok-kelompol umur yang sesuai untuk masing-masing. Skor-skor mentah pada masing-masing skala Weschler ditransformasikan ke dalam skor-skor standar dengan rata-rata 10 dan standar deviasi tiga. Skala-skala Weschler memberikan koefisien reliabilitas belah separuh untuk tiap kelompok umur pada tiap skor subtes. Reliabilitas belah separuh IQ skala penuh merentang dari 0,90 sampai 0,98. Data rentang reliabilitas (atau stabilitas) retest skor-skor skala Weschler telah diperoleh lebih mendalam tiap revisi. Koefisien stabilitas cenderung menjadi lebih tinggi untuk orang-orang dewasa daripada anak-anak.
Ketika WAIS-R diterbitkan pada tahun 1981, pegangan itu sendiri tidak memiliki data validitas tentang instrumen selain sepasang telaah korelasional antara telaah itu dengan skal-skala Weschler terdahulu. Penanganan Weschler pada dasarnya mencerminkan orientasi deskripsi-isi, meskipun penganan itu memiliki nada tambahan dari pendekatan deskripsi-isi, dengan sedikit data pendukung.
d.        The Standard Progresive Matrices
SPM merupakan salah satu contoh bentuk skala inteligensi yang dapat diberikan secara individual maupun secara kelompok. Skala ini dirancang oleh J. C. Raven dan diterbitkan terakhir kali oleh H. K. Lewis & Co. Ltd. London pada tahun 1960. SPM merupakan tes yang bersifat nonverbal, artinya materi soal-soalnya diberikan tidak dalam bentuk tulisan ataupun bacaan melainkan dalam bentuk gambar-gambar. Karena instruksi pengerjaannya diberikan secara lisan maka skala ini dapat digunakan untuk subjek yang buta huruf. Diciptakan pertama kali di tahun 1936, diterbitkan pertama kali di tahun 1938, SPM telah mengalami berbagai revisi sampai revisi terakhir yang dijumpai di Indonesia yaitu revisi tahun 1960.
Penyusunan SPM didasari oleh konsep inteligensi Spearman, yaitu konsepsinya mengenai eduksi hubungan dan eduksi korelasi. Raven sendiri menyebut skala ini sebagai tes kejelasan pengamatan dan kejelasan berfikir, bukan tes inteligensi. Tes SPM terdiri atas 60 buah soal yang berupa gambar-gambar. Setiap soal berupa sebuah gambar besar yang berlubang dan di bawah gambar besar tersebut terdapat enam atau delapan buah gambar kecil sebagai pilihan jawaban. Subjek diminta memilih salah satu gambar kecil yang dapat dipakai untuk menutup lubang pada gambar besar sehingga terbentuk pola yang benar berdasarkan penalaran tertentu. Keenampuluh soal terbagi dalam lima seri yang masing-masing berisi 12 soal yang disajikan dalam sebuah buku. Seri pertama, yaitu Seri A, merupakan seri yang paling mudah dicari dasar penalarannya. Selanjutnya taraf kesurakaran soal akan semakin meningkat dan masing-masing seri menuntut pengerahan kapasitas intelektual yang lebih, agar dapat menemukan dasar penalaran yang berlaku bagi setiap seri soal. Setiap subjek diberi soal yang sama dan menuliskan jawabannya pada suatu lembar jawaban khusus yang disediakan. Subjek harus bekerja dengan cepat dan teliti sejak awal hingga akhir tes. Bagi setiap jawaban yang benar, subjek mendapat skor satu. Skor total pada skala ini adalah banyaknya soal yang dapat dijawab dengan benar oleh subjek yang kemudian akan diintepretasikan secara normatif menurut sebuah tabel norma penilaian. Dari lima seri yang masing-masing terdiri atas 12 buah soal, keseluruhan tes memuat 60 soal, akan tetapi skor maksimal yang dapat diperoleh oleh subjek adalah 58 dikarenakan dua soal pertama pada Seri A merupakan soal contoh yang tidak diberi skor. SPM tidak memberikan suatu angka IQ akan tetapi menyatakan hasilnya dalam tingkat atau level intelektualitas dalam beberapa ketegori, menurut besarnya skor dan usia subjek yang dites, yaitu grade I (kapasitas intelektual superior), grade II (kapasitas intelektual di atas rata-rata), grade III (kapasitas intelektual rata-rata), grade IV (kapasitas intelektual di bawah rata-rata), grade V (kapasitas intelektual terhambat).
Selain SPM, terdapat satu versi progressive matrices yang disajikan dalam gambar berwarna dan diberi nama The Coloured Progressive Matrices (CPM). Soal-soal dalam skala CPM diberikan dalam bentuk gambar berwanra karena memang diperuntukkan bagi subjek yang berusia sangat muda atau justru yang sudah berusia tua. Raven sendiri mengatakan bahwa CPM cocok untuk tujuan studi antropologis atau studi klinis serta cocok bagi subjek yang mempunyai cacat jasmani, atau yang kapasitas intelektualnya di bawah normal. Bagi mereka yang memiliki kapasitas intelektual di atas rata-rata disediakan versi lain, yaitu The Advanced Progressive Matrices (APM) yang dibuat dalam dua seri, yaitu Seri I dan Seri II.
e.         The Kaufman Assessment Battery for Children (K-ABC)
Tes inteligensi K-ABC merupakan baterai (rangkaian) tes yang relatif baru yang diperuntukkan bagi anak-anak usia 2,5 sampai 12,5 tahun (Kaufman, kamphaus, & Kaurman, 1985, dalam Azwar 1996). Tes ini diciptakan oleh Alan S. Kaufman dan Nadeen L. Kaufman dari the University of Alabama.
Skala-skala inteligensi dalam baterai ini adalah Sequal Processing Scale dan Simulation Processing Scale. Sequal Processing Scale yaitu skala yang mengungkap abilitas atau kemampuan untuk memecahkan permasalahan secara bertahap dengan penekanan pada hubungan serial atau hubungan temporal diantara stimulus. Stimulus ini, baik verbal maupun visual harus ditangni secara berurutan agar tercapai performansi yang optimal. Dalam K-ABC kemampuan ini diungkap antara lain oleh subtes Word Order dimana subjek harus menunjuk pada bayangan gambar dalam urutan sama dengan urutan nama yang disebut oleh penguji. Simulation Processing Scale yaitu skala yang bertujuan mengungkap kemampuan anak dalam memecahkan permasalahan dengan cara mengorganisasikan dan memadukan banyak stimuli sekaligus dalam waktu yang sama. Permasalahan yang diajukan sering kali bersifat analogi atau mengandung aspek spasial. Baik berwujud perseptual maupun berujud konseptual, stimulusnya menghendaki pengerahan daya sintesis simultan agar tercapai penyelesaian yang benar. Dalam K-ABC, stimulus bentuk ini mencakup tugas pengenalan bercak tinta yang disajikan separuh selesai (Gestalt Completion) dan analogi visual yang umumnya abstrak (Matrix Analogies). Baterai dalam skala ini juga menyajikan kombinasi Sequantial dan Simultaneous Processing yang masing-masing disebut Mental Processing Composite Scale, Achievement Scale, dan non-Verbal Scale. Skor pada kesemua skala dalam K-ABC dibuat memiliki mean 100 dan unit deviasi standar sebesar 15 agar dapat dibandingkan langsung satu sama lain dan dengan ukuran inteligensi lain. Skala nonverbal dalam K-ABC merupakan bentuk pendek dari Mental Processing Scale yang dikhususkan bagi anak usia empat sampai 13,5 tahun dan mencakup pula subtes yang dapat disajikan secara pantomim serta direspon secara motorik.



BAB II
ANALISIS PERBEDAAN
TES IQ MANUAL DENGAN TES IQ ONLINE

Saya membandingkan tes intelegensi CPM dengan tes IQ online yang terdapat pada web-site https://www.quickiqtest.net/indonesian/thirdqid.php. Jika keduanya dibandingkan, tes IQ online pada hasil hanya terdapat nilai skor dan kategori nilai skor. Hal ini tentu berbeda dengan tes intelegensi manual yang terdapat interpretasi dari psikolog.  Tes intelegensi online ini dapat dikerjakan berulangkali sehingga berpotensi untuk melakukan kecurangan bagi pemakai/testee yang tidak bertanggung jawab. Untuk tes intelegensi online tidak ada penjelasan mengenai intruksi apa yang harus dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya, bahkan tidak terhitung waktunya. Berbeda sekali dengan tes integensi secara manual, tester akan memberitahu intruksi apa yang harus dilakukan dalam test tersebut secara jelas apabila testee (yang mengerjakan) tidak memahami maksud dari intruksi tersebut dapat diulang dan dijelaskan kembali oleh terster sehingga memudahkan testee untuk mengerti maksud dari test yang ia kerjakan, selain itu dalam beberapa test IQ seperti test CPM memakai waktu yang harus diselesaikan oleh testee sesuai dengan standar test yang sudah berlaku. Pengaruh koneksi internet yang tidak bagus juga dapat memperlama pengerjaan tes intelegensi online, sehingga testee dapat tidak fokus dalam mengerjakan.
Tetapi tes intelegensi online ini memiliki kelebihan salah satunya adalah alat test tersebut berwarna sehingga membuat testee lebih tertarik untuk mengerjalan test dibandingkan tes manual yang hanya hitam dan putih (hanya untuk beberapa test yang pernah saya pelajari). Untuk masalah validitas dan reliabilitas lebih valid dan reliable untuk test IQ secara manual, karena diberikan dan diawasi oleh psikolog serta hasil dapat dipertanggung jawabkan, sedangkan test IQ secara online hasilnya tidak valid dan reliabel karena ada beberapa test IQ online yang tidak mengikuti standar pengetesan yang baik.




Sumber referensi

W, H. S. T. (2012). Macam-macam tes intelegensi. Diakses pada 17 Oktober 2019 pada https://herrystw.wordpress.com/2012/03/02/macam-macam-tes-inteligensi/.
N. (2018). Pengertian intelegensi lengkap ciri, macam, faktor. Diakses pada 17 Oktober 2019 pada http://www.markijar.com/2018/12/pengertian-intelegensi-lengkap-ciri.html.

NN. (2016). Pengertian tes intelegensi. Diakses pada 17 Oktober 2019 pada https://www.kanalinfo.web.id/pengertian-tes-intelegensi.
https://www.quickiqtest.net/indonesian/thirdqid.php.

http://snelaisnaenh.blogspot.com/2017/01/analisis-perbedaan-tes-iq-manual-dan_9.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JK ROWLING ADALAH PENULIS YANG BERBAKAT DAN KREATIF

PEMBAGIAN WILAYAH BERDASARKAN IKLIM DAN TEORI EVOLUSI LAMARCK

Review Daylio: Mood Tracker and Micro-Diary