Hipotesis Tata Surya, Planet Bercincin, dan Dampak Perkembangan IPTEK

Nama              : Della Farisha K
NPM                : 11516789

Kelas               : 1PA09

Kali ini saya masih ditugaskan oleh Ibu Arum Pandan Sari yang merupakan dosen Matematika & Ilmu Alamiah Dasar dari Universitas Gunadarma untuk tugas di pertemuan kedua, untuk menjelaskan tentang macam-macam hipotesis tata surya, planet bercincin, serta dampak perkembangan IPTEK dan cara meminimalisir dampak negatif dari perkembangan IPEK.

Macam-macam Hipotesis Alam Tata Surya
Asal usul alam semesta telah lama diperbincangkan. Banyak teori/hipotesis bermunculan dari hasil pemikiran dan penelitian para ahli yang mencoba mengungkap misteri besar ini. Namun hingga sekarang, karena keterbatasan daya dan akal manusia, kebenarannya hanya diketahui oleh Tuhan sebagai pencipta seluruh jagat raya. Manusia berusaha memahami alam semesta ini dari zaman dahulu bahkan sampai sekarang. Pada jaman kejayaan Yunani, orang percaya bahwa Bumi merupakan pusat dari alam semesta ini (geosentrisme). Namun, pandangan itu berubah sejak Zaman abad pertengahan yang dipelopori oleh Copernicus menjadi Heliosentrik, yaitu matahari menjadi pusat beredarnya bumi dan planet-planet lain.
Pengertian alam semesta itu sendiri mencakup tentang Mikrokosmos dan Makrokosmos. Mikrokosmos ialah benda-benda yang mempunyai ukuran yang sangat kecil, misalnya atom, elektron, sel, amoeba, dan sebagainya. Sedangkan makrokosmos ialah benda-benda yang mempunyai ukuran yang sangat besar, misalnya bintang, planet ataupun galaksi. Dengan diperolehnya berbagai pesan dan beraneka ragam cahaya dari benda-benda langit yang sampai di bumi. Berikut teori/hipotesis-hipotesis terbentuknya alam semesta.
1.        Hipotesis Keadaan Tetap (Steady-State Theory)
Teori ini dikemukakan oleh Fred Hoyle, Herman Bondi, Thomas Gold pada tahun 1948. Teori keadaan tetap didasari pada  prinsip kosmologi sempurna. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta ada tanpa awal dan tetap ada tanpa akhir. Hal tersebut didasari oleh kenyataan bahwa setiap galaksi memiliki jumlah yang tetap sama meski ada pada kurun waktu yang berbeda. Dalam teori ini tidak dikenal istilah penciptaan ataupun kiamat. Alam semesta ada dan akan tetap ada.
Teori asal usul alam semesta ini sebetulnya merupakan teori yang paling lama. Dan dikemukakan pada saat teknologi belum canggih seperti sekarang ini. Sekarang, teori keadaan tetap sudah tidak lagi dipercayai oleh kebanyakan orang kecuali mereka yang tidak beragama (atheis).
2.        Hipotesis Dentuman Besar (Big-Bang Theory)
Hipotesis teori dentuman besar (Big-Bang) dikemukakan pertama kali oleh George Lematitre pada tahun 1930.  Teori ini menyebutkan bahwa asal usul alam semesta dimulai dari sebuah primeval atom atau atom yang sangat padat. Suatu saat karena terlalu padat dan memiliki energi kalor yang tinggi, atom ini meledak hingga semua materinya terlempar ke seluruh penjuru ruang hampa yang ada di sekitarnya. Sejak ledakan itu, semua partikel ledakan atom tersebut (planet, asteroid, meteorid, dll.) berekspansi hingga ribuan juta tahun. Dari ekspansi tersebut timbulah dua gaya yang saling berlawanan yaitu gaya gravitasi dan gaya repulsi kosmis. Teori ini didukung oleh kenyataan dari pengamatan bahwa galaksi-galaksi itu memang bergerak menjauhi titik pusat yang sama. Selain itu, teori ini didukung oleh pakar astronomi Arno Penzias dan Robert Wilson yang menemukan radiasi gelombang mikro. Teori ini menyebutkan bahwa suatu waktu, ekspansi tersebut pasti akan berhenti. Berarti secara umum teori ini berlawanan dengan teori keadaan tetap karena mengenal penciptaan dan kiamat.
3.        Hipotesis Nebular
Hipotesis nebular dikemukakan pertama kali oleh Kant dan Laplace pada tahun 1796. Teori ini menyebutkan bahwa tata surya terbentuk dari kondensasi awan atau kabut gas yang sangat panas. Kondensasi itu membentuk bagian-bagian terpisah yang terus berputar. Pada bagian tengah kondensat, partikel memusat dan memampat sehingga terbentukklah matahari. Pada partikel yang berada di sisi juga berputar dan membentuk planet-planet dan sisa kondensat membentuk satelit, asteroid, meteor, dan lain sebagainya.
4.        Hipotesis Tidal atau Teori Pasang Surut
Dikemukakan oleh James dan Harold Jeffreys pada tahun 1919. Menurutnya planet merupakan pecikan dari matahari yang disebut Tidal. Tidal yang besar akan menjadi planet baru disebabkan karena bergerak mendekatnya dua matahari, hal ini jarang sekali terjadi. Teori ini adalah dua bintang yang saling mendekat akan membentuk planet yang baru.
5.        Hipotesis Bintang Kembar
Teori bintang kembar menyebutkan bahwa alam semesta terbentuk karena adanya dua matahari kembar. Salah satu matahari tersebut meledak karena terlalu padat dan panas. Ledakan tersebut membentuk planet-planet dan karena adanya gaya gravitasi, planet-planet tersebut beredar mengelilingi bintangnya.
6.        Hipotesis G. P. Kuiper
Teori ini dikemukakan pada tahun 1950. Teori ini didasari keadaan yang ditemui di luar tata surya yang mengandaikan matahari serta semua planet berasal dari gas purba di ruang angkasa, proses terlahirnya bintang dikarenakan banyaknya kabut gas, yang lambat laun memampatkan diri menjadi massa yang semakin lama semakin padat dikarenakan gaya gravitasi molekul tersebut. Satu atau dua materi memadat di tengah dan gumpalan kecil melesat di sekeitarnya. Gumpalan tengah menjadi matahari dan gumpalan kecil menjadi bakal planet. Matahari yang sudah menjadi padat menyala dengan adanya api nuklir dan kemudian mendorong gas yang masih membungkus planet menjadi sirna sehingga tampak telanjang.

Setelah mengetahui hipotesis-hipotesis alam semesta, memnurut saya hipotesis yang paling masuk akal di logika adalah Hipotesis Nebula,  karena  sekarang hipotesis ini dianggap berlaku juga untuk pembentukan seluruh alam semesta, seperti atom, elektron, sel, amoeba, dan sebagainya tidak diterapkan hanya untuk Tata Surya saja.


Planet-planet yang Memiliki Cincin
1)        Planet Jupiter
Planet luar angkasa terbesar dalam tata surya ini ternyata juga memiliki cincin bernama Jovian. Jovian berwarna gelap sehingga tidak begitu tampak jelas seperti cincin yang mengelilingi Saturnus. Cincin Jupiter ini terdiri dari empat lapisan yang dipisahkan menjadi bagian utama dan bagian lain yang disebut cincin halo. Cincin Jupiter berasal dari debu dan bulan yang mengorbitnya. Ukuran debu tersebut bervariasi, ada yang halus hingga menyentuh angka mikro dan ada pula yang besarnya mencapai 15 meter.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sejak tahun 1990 diperkirakan cincin Jupiter ini sebenarnya adalah satelit yang mengitari planet luar angkasa besar tersebut. Kemungkinan terdapat sebuah bulan yang menabrak bulan lain yang bernama Himalia sehingga hancur berkeping dan mengitari Jupiter akibat adanya tarikan magnet atau yang sering disebut dengan gravitasi.
Bila melihat warna cincin Jupiter lebih dekat, Anda akan mengetahui bahwa warna cincin tersebut bukan berwarna hitam, melainkan berwarna merah dan biru. Bagian utama cincin berwarna kemerahan, sedangkan cincin halo yang partikelnya lebih lembut berwarna kebiruan. Selain warnanya, Anda juga akan tercengang dengan luas cincin ini bila melihat dari dekat. Jovian ternyata sangat lebar hingga berjarak 53 ribu kilometer. Sayangnya, lebar yang cukup fantastis ini tidak diimbangi dengan ketebalan yang hanya 2300 kilo meter. Suatu perbandingan yang cukup jauh yang mungkin penyebab cincin planet luar angkasa ini tidak terlihat dari jauh.
2)        Planet Saturnus
Saturnus terkenal karena cincin di planetnya, yang menjadikannya sebagai salah satu objek yang dapat dilihat dengan mata yang paling menakjubkan dalam Tata Surya. Cincin Saturnus pertama sekali dilihat oleh Galileo Galilei pada tahun 1610 dengan teleskop buatannya, tetapi ia tidak dapat memastikannya.
Galileo kemudian menulis kepada adipati Toscana bahwa "Saturnus tidak sendirian, tetapi terdiri dari tiga yang hampir bersentuhan dan tidak bergerak. Cincin itu tersusun dalam garis sejajar dengan zodiak dan yang di tengah (Saturnus) adalah tiga kali besar yang lurus (penjuru cincin)". Galileo juga mengira bahwa Saturnus memiliki "telinga." Pada tahun 1612 sudut cincin menghadap tepat pada bumi dan cincin tersebut akhirnya hilang dan kemudian pada tahun 1613 cincin itu muncul kembali, yang membuat Galileo bingung.
Persoalan cincin itu tidak dapat diselesaikan sehingga 1655 oleh Christian Huygens, yang menggunakan teleskop yang lebih kuat daripada teleskop yang digunakan Galileo. Pada tahun 1675 Giovanni Domenico Cassini menentukan bahwa cincin Saturnus sebenarnya terdiri dari berbagai cincin yang lebih kecil dengan ruang antara mereka, bagian terbesar dinamakan Divisi Cassini.
Pada tahun 1859, James Clerk Maxwell menunjukan bahwa cincin tersebut tidak padat, namun terbuat dari partikel-partikel kecil, yang mengorbit Saturnus sendiri-sendiri dan jika tidak, cincin itu akan tidak stabil atau terpisah. James Keeler mempelajari cincin itu menggunakan spektrometer tahun 1895 yang membuktikan bahwa teori Maxwell benar.
Cincin Saturnus tersebut dapat dilihat dengan menggunakan teleskop modern berkekuatan sederhana atau dengan teropong berkekuatan tinggi. Cincin ini menjulur 6.630 km hingga 120.700 km atas khatulistiwa Saturnus dan terdiri daripada bebatuan silikon dioksida, oksida besi dan partikel es dan batu.
Terdapat dua teori mengenai asal cincin Saturnus. Teori pertama diusulkan oleh Édouard Roche pada abad ke-19, yang menyatakan bahwa cincin tersebut merupakan bekas satelit Saturnus yang orbitnya datang cukup dekat dengan Saturnus sehingga pecah akibat kekuatan pasang surut. Variasi teori ini adalah satelit tersebut pecah akibat hantaman dari komet atau asteroid.Teori kedua adalah cincin tersebut bukanlah dari satelit Saturnus, tetapi ditinggalkan dari nebula asal yang membentuk Saturnus. Teori ini tidak diterima masa kini disebabkan cincin Saturnus dianggap tidak stabil melewati periode selama jutaan tahun dan dengan itu dianggap baru terbentuk
3)        Planet Uranus
Planet yang memiliki cincin berikutnya yaitu Uranus. Planet luar angkasa yang bertahta di urutan ke-7 dalam tata surya tersebut juga memiliki cincin tipis berjumlah 13 lapis. Cincin yang dalam (dekat dengan planet) merupakan partikel halus berukuran 1 cm hingga 10 meter. Uniknya, cincin sebelah luar yang disebut epsilon tersusun dari balok-balok es yang berwarna abu-abu. Warna cincin Uranus ini sangat gelap, bahkan lebih gelap dari jovian, cincin Jupiter. Mungkin itulah alasan mengapa cincin Uranus tidak kasat mata bila dilihat dari bumi.
Ketika Uranus dekat dengan bumi pada tahun 2007 yang lalu, ditemukan warna asli dari cincin Uranus. Ternyata, warna bagian dalam cincin adalah kemerahan dan warna bagian luar adalah kebiruan sehingga sama dengan warna cincin pada planet Jupiter.
4)        Planet Neptunus
Planet biru yang berasal dari lapisan gas metana ini memiliki cincin yang sangat gelap hingga nyaris tak tampak. Cincin tetangga planet luar angkasa Uranus ini berasal dari debu halus yang mengorbit bersama dengan delapan satelit. Berdasarkan kerapatan debu yang menyusunnya, cincin neptunus dibagi menjadi lima lapisan, yaitu Galle, Leverrier, Lasell, Arago, dan Adams. Kandungan debu pada lapisan Galle dan leverrier sekitar 40%-70%, sedangkan lapisan Lasell lebih sedikit lagi yaitu 20%-40%.
Penyebab tidak nampaknya cincin planet luar angkasa Neptunus seperti cincin Saturnus adalah ketebalannya, dimana cincin Neptunus ini sangat tipis. Hal ini disebabkan usia cincin Neptunus yang masih sangat muda dibandingkan dengan usia tata surya sehingga partikel yang membentuk belum begitu banyak dan kuat.


Dampak Perkembangang IPTEK Terhadap Anak
IPTEK adalah singkatan dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Tak dapat dipungkiri bahwa kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Bahkan banyak anak-anak terutama pada usia 5 hingga 12 tahun yang paling banyak memanfaatkan kemajuan teknologi ini. Dan tidak heran jika dampak positif dari dampak perkembangan teknologi untuk anak usia 5-12 tahun diberi julukan generasi multi-tasking. Inovasi demi inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif dan kemudahan untuk melakukan berbagai aktifitas. Walaupun pada awalnya inovasi tersebut banyak menghasilkan manfaat positif, di sisi lain juga memungkinkan digunakan untuk hal negatif. Hal inilah yang harus disadari betul untuk menyikapinya secara bijak. Berikut ini mereupakan dampak positif dan dampak negatif dari perkembangan IPTEK.
·      Dampak Positif Terhadap Kemajuan Teknologi terhadap Anak
1.    Tidak bisa dipungkiri jika anak tidak bisa jauh dari kemajuan teknologi terutama pada teknologi informasi yang semakin hari semakin cepat. Dan ini dapat membuat anak mendapatkan kemudahan terhadap informasi serta kemudahan untuk menjalin komunikasi dengan jarak yang jauh.
2.    Dengan kemajuan teknologi pada dunia internet, anak dapat mengenal serta menjalin komunikasi dengan banyak orang dari berbagai belahan di dunia.
3.    Akibat kemajuan teknologi, banyak permainan-permainan kreatif dan menantang yang ternyata banyak disukai oleh anak-anak. Dan hal ini secara tidak langsung sangat menguntungkan untuk anak-anak karena sangat memberi pengaruh terhadap tingkat kreativitas anak.
·      Dampak Negatif dari Dampak Perkembangan Teknologi untuk Anak Usia 5-12 tahun
Sisi negatif dari teknologi sekarang adalah mudahnya terhipnotis sehingga tidak sedikit yang menyukai dunia maya dan melupakan dunia nyata. Dan hal ini juga menimpa pada anak-anak terutama pada anak usia 5 hingga 12 tahun. Dan berikut ini beberapa dampak negatif lainnya:
1.    Anak terlalu cepat puas dengan pengetahuan yang didapatnya dari dunia internet padahal informasi dari dunia internet banyak yang berisikan dari sebuah kesimpulan saja. Jadi, para orang tua perlu terus mengajarkan anak untuk membaca buku agar pengetahuan terhadap sesuatu hal lebih mendalam.
2.    Karena teknologi memberikan banyak kemudahan, tidak sedikit anak-anak tidak sabar dalam menghadapi kelambatan dan kesulitan.
3.    Selain itu, kemajuan teknologi berdampak pada kurangnya sosialisasi anak pada teman-temannya karena lebih menyukai menyendiri dengan permainan teknologinya.
Setelah mengetahui dampak negatif adapun solusi yang dapat dalam meminimalisir dampak negatif dari perkembangan teknologi informasi atau internet.
1.    Masyarakat harus diberikan pemahaman tentang cara menggunakan teknologi informasi dengan baik dan tidak melanggar etika. Sehingga teknologi informasi dapat dimanfaatkan dengan semestinya.
2.    Pemerintah harus membuat suatu peraturan yang tegas terhadap setiap pelanggaran penggunaa teknologi informasi yang merugikan orang lain dan negara.
3.    Masyarakat juga harus diberi bimbingan untuk menggunakan teknologi yang dikuasai untuk menjalin hubungan yang lebih intens dengan teman atau orang-orang yang sebelumnya telah di kenal didunia nyata. Jangan terobsesi untuk mencari teman-teman baru di Facebook, twitter, atau social media yang lain karena kecenderungan yang terjadi, mereka yang hanya anda kenal didunia maya tidak akan memberikan nilai persahabatan yang saling mensupport antara satu dan yang lain didunia nyata.
4.    Blokir situs-situs dan halaman web yang tidah edukatif serta menimbulkan dampak buruk bagi diri sendiri dan banyak orang.
5.    Atur waktu dan jadwal kegiatan menggunakan teknologi informasi. Agar tidak berlebihan dalam penggunaanya.
6.    Memperkuat nilai-nilai agama yang utamanya ditanamkan pada anak-anak dibawah umur.
7.  Peran Pemerintah sebagai pengendali sistem informasi harusnya lebih jeli untuk menyaring terhadap apa yang masyarakat akses di dunia maya.
8.    Bimbingan orang tua terhadap anaknya juga penting untuk mengendalikan serta menyaring apa saja yang anaknya akses didunia maya sehingga tidak melanggar nilai-nilai agama.


Referensi:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JK ROWLING ADALAH PENULIS YANG BERBAKAT DAN KREATIF

PEMBAGIAN WILAYAH BERDASARKAN IKLIM DAN TEORI EVOLUSI LAMARCK

Review Daylio: Mood Tracker and Micro-Diary